seberapa dalam cinta seseorang.. bahkan yang mencinta pun terkadang tidak menyadari kapan cinta itu datang menguasai semua panca indranya.. begitu dalam hingga setitik cahaya pun tak mendapatkan celah sedikitpun.. cinta yang diberikan dengan sukarela tanpa mengharapkan gantian..
Written by : Dini Wahyuni
“aku bukan tipe pria idamannya” ucap
seorang pria ketika
berada di warung bakso di pinggir jalan, “lantas mengapa kalian berpacaran?” Alex bertanya heran kepada Findra, “dia terus meminta agar hubungan kami berakhir, namun aku terus memohon agar dia tak tinggalkan aku, aku tau dia tidak menyukaiku, tetapi bersamanya sudah lebih dari cukup, meskipun suatu saat dia menikah dengan pria lain, aku akan membuktikan aku bisa menjadi yang terbaik..” suara Findra parau sambil melahap bakso yang ada dihadapannya, Alex tercengang mendengar kepolosan Findra, “setulus itukah? Bahkan setelah barusan kau melihatnya bermesraan dengan lelaki lain didepan matamu?”, “entahlah.. aku yakin suatu saat dia akan berubah, lagian aku tak yakin kekasihnya yang lain mencintainya dengan tulus..” Findra mengatakannya dengan santai, seakan tak menanggung kepedihan sedikitpun, namun siapa yang tau apa kejadian sebenarnya di lubuk hatinya, perasaan Findra yang terselubung dibalut selaput-selaput yang buram, namun begitu banyak lapisan itu hingga tak ada seorang pun yang dapat melihatnya.
berada di warung bakso di pinggir jalan, “lantas mengapa kalian berpacaran?” Alex bertanya heran kepada Findra, “dia terus meminta agar hubungan kami berakhir, namun aku terus memohon agar dia tak tinggalkan aku, aku tau dia tidak menyukaiku, tetapi bersamanya sudah lebih dari cukup, meskipun suatu saat dia menikah dengan pria lain, aku akan membuktikan aku bisa menjadi yang terbaik..” suara Findra parau sambil melahap bakso yang ada dihadapannya, Alex tercengang mendengar kepolosan Findra, “setulus itukah? Bahkan setelah barusan kau melihatnya bermesraan dengan lelaki lain didepan matamu?”, “entahlah.. aku yakin suatu saat dia akan berubah, lagian aku tak yakin kekasihnya yang lain mencintainya dengan tulus..” Findra mengatakannya dengan santai, seakan tak menanggung kepedihan sedikitpun, namun siapa yang tau apa kejadian sebenarnya di lubuk hatinya, perasaan Findra yang terselubung dibalut selaput-selaput yang buram, namun begitu banyak lapisan itu hingga tak ada seorang pun yang dapat melihatnya.
©©©©©
“tinggalkan saja aku, jika kau terus
bertahan, hatimu akan terus teraniaya.. aku tidak pernah mencintaimu..”
segampang itu Dania melontarkan kata-kata kepada Findra tanpa memikirkan
perasaannya, Findra hanya diam menatap dalam wajah kekasihnya, kekasih yang
dicintainya yang tak memberikan sedikitpun cintanya untuk Findra, “kenapa
menatapku seperti itu?” nada bicaranya meninggi menatap tajam ke wajah Findra,
Findra hanya menggelengkan kepala membuang pandangannya menatap halaman batako
yang kini mereka injak, “aku akan mengantarmu pulang..” Findra mencoba
mengalihkan pembicaraan, “aku bisa pulang sendiri..” Dania membantah, “ini
sudah sore, tidak baik perempuan pulang sendirian..” dengan siaga Findra
menarik tangan Dania dan membawanya ke depan pintu mobil yang berjarak beberapa
kaki dari mereka.
©©©©©
“Kenapa kau tidak membenciku saja?”
nada pertengkaran masih berlanjut ketika mereka berada di dalam mobil, “aku
mencintaimu.. bagaimana aku bisa membencimu..” , “tetapi aku terus saja
menyakitimu.. bagaimana kau bisa bertahan sekuat ini, lebih baik kau tinggalkan
saja aku dan mencari perempuan lain..”, Findra naik pitam, namun kesabaran
masih terlukis diwajahnya, baginya Dania adalah segalanya, dia hanya ingin
bersama Dania menghabiskan waktu meskipun suatu saat Dania akan meninggalkannya
pergi, dia tau itu, kesadarannya tentang hal itu selalu tercatat di memori
otaknya. Namun entah mengapa dia terus saja keras kepala, keyakinannya terhadap
hati Dania begitu kuat, keyakinan akan hati Dania tidak seperti sikapnya, itu
lah yang selalu membuatnya kuat dan bertahan. Tetapi Dania terus saja meminta
agar Findra meninggalkannya, itulah kalimat yang sangat dibenci oleh Findra,
setiap kali Dania mengulangi kata-kata itu, setiap kali itu juga hati Findra
terasa diremas-remas.
Findra menginjak rem mobil dengan
sekuat tenaga ketika mereka sudah berada di depan rumah Dania hingga membuat
beberapa barang di dalam tas Dania jatuh, “Kau ingin membuatku jantungan??”
Dania menatap tajam ke arah Findra, seketika ia terdiam marah lalu membungkuk
membereskan barang-barangnya yang terjatuh. “amplop apa itu?” Findra menoleh
penasaran ketika sebuah kertas yang terlihat berisi itu ada di tangan Dania,
“ini privasiku, kau tidak perlu tau..”, Findra hanya bisa diam, itu saja yang
bisa dia lakukan, melihat perlakuan Dania yang seenaknya kepada dirinya,
melihat Dania yang selalu menganiaya bathinhya, namun ia hanya menurut, tak
peduli seberapa sakit yang dideritanya, tak peduli seberapa banyak
goresan-goresan pisau yang menyayat-nyayat hatinya, dia menyerahkan raga dan
jiwanya dengan sukarela, baginya Dania adalah segalanya. Seketika Dania telah
keluar dari mobilnya dan membanting pintu itu dengan keras. Tanpa ada sepatah
katapun dari Dania ia menghilang dibalik pintu rumahnya.
©©©©©
Sudah 1 minggu Findra tidak bertemu
Dania, nomor handphone nya tidak bisa dihubungi, setelah insiden
pertengkaran itu, Dania tiba-tiba saja menghilang bak ditelan bumi, Findra
beberapa kali mengunjungi rumah Dania, namun rumah itu kosong, ia juga
menghubungi teman-teman Dania, namun tidak ada yang tau keberadaannya, Findra
semakin cemas, ia takut Dania tidak mau menemuinya lagi, ia takut apabila tidak
melihat Dania lagi, “Arrrgghh...” Findra mengacak-ngacak rambutnya, menopang
kepalanya dengan kedua telapak tangannya, duduk disalah satu bangku taman
tempat terakhir mereka bertemu 1 minggu yang lalu, perasaan bersalah dan
penyesalan sedikit demi sedikit semakin membalut benak Findra, perasaan
bersalah karena menarik paksa tangan Dania agar masuk ke mobil dan insiden saat
ia menginjak rem mobil dengan keras 1 minggu yang lalu, apakah karena itu Dania
menganggapnya kasar dan tak mau menemuinya lagi, kalimat itu terus berporos
mengelilingi inti otaknya. Sungguh tak ada yang mengerti jalan pikiran Findra,
seharusnya ia tak mengorbankan perasaannya sebesar itu, Dania sama sekali tak
memperdulikannya, bahkan tidak pernah, tak seharusnya Findra jatuh kepada
wanita itu, wanita yang hatinya tak sebanding dengan wanita-wanita lain yang
masih memiliki hati nurani diluar sana. Namun sepertinya insang di hati Findra
tidak pernah membuka dan menghirup udara lagi, hatinya telah mati, mati karena
Dania hingga ia tak mampu mencintai wanita manapun selain dirinya.
©©©©©
Sudah satu bulan lamanya, tak ada kabar dari Dania,
tubuh Findra mulai nengurus, senyuman tak lagi terlihat di bibirnya, kelopak
mata bawahnya mulai menghitam akibat tak bisa tidur karena selalu memikirkan
Dania. Dania, Dania, dan terus saja Dania. Namun kali ini Findra tak kunjung
jua menyerah, dia selalu mencari-cari kekasihnya, kemanapun ia selalu mencari
orang-orang yang terkait dengan Dania, namun apalah hasilnya, Tidak ada.
Mata Findra menatap kosong kearah laptop kerjanya
tanpa melakukan apa-apa, tiba-tiba handphonenya berdering tanda pesan masuk, di
layar bertuliskan nama Dania, jantung Findra berdegup kencang, tangannya
gemetar mengambil handphone itu dan perlahan ditekannya tombol bagian bawah
kiri layar, “Happy Anniversery Fin, hari ini hubungan kita berusia 5 bulan, aku
tak dapat menemuimu lagi, jangan mencari aku, aku tau kau pasti sangat gelisah,
aku akan selalu mengabarimu lewat sms.. (Dania)”, tangan Findra masih saja
gemetar, mengapa Dania tak dapat menemuinya lagi, apakah ini adalah cara Dania
perlahan menghilang dari kehidupan Findra agar tidak terlalu menyakitinya,
terlepas dari itu disisi lain ada sebuah kebahagiaan yang meluap, kebahagiaan
disaat merasakan kenyataan Dania masih mengingat tanggal dimana Findra memilikinya,
meski cinta yang terjalin hanya diinginkan oleh sebelah pihak, memiliki status
menjadi sepasang kekasih, itu pun sangat berarti bagi Findra.
©©©©©
Findra menaikkan kecepatan mobilnya,
kegelisahan yang terus menghantuinya, kegelisahan karena tak pernah lagi
melihat Dania, tak tau apa yang dilakukannya, Findra tidak ada disisi Dania,
bagaimana ia bisa menjaganya, kecemasan jikalau terjadi apa-apa pada Dania,
begini lah Findra setiap hari, selalu Dania, bahkan ia sama sekali tak
memperdulikan kesehatannya, cintanya pada Dania melebihi batas apapun, bahkan
melebihi dirinya sendiri.
Ada seseorang dipinggir jalan sana
yang membuat Findra menepi, sepertinya sepasang kekasih yang sedang berbahagia,
sang wanita mengenakan gaun purple dibawah lutut menggandeng lengan kekasihnya
dengan manja. Findra menghentikan mobilnya tepat di depan mereka, “Berengsek..!!”
Findra mencengkram kedua kerah baju pria itu, dia adalah Ryan, lelaki yang juga
kekasih Dania yang dulu pernah Findra lihat, “apa-apaan kau?”, jelas saja Ryan
protes atas perlakuan Findra, “Bajingan!! Kau bersama wanita lain di belakang
Dania, kau hanya akan menyakitinya.. aku tak akan membiarkan Dania terluka!!”
seketika mata Findra menjadi merah, kemarahan penuh tergambar disana,
seharusnya ia senang saingannya akan berkurang, tetapi tidak bagi Findra, dia
tak memikirkan kebahagiaannya sedikitpun, begitu tulus hanya demi orang yang
dicintainya meski ia terus saja terluka. tidak ada yang dapat mengerti jalan
pikiran Findra, Tidak ada. Bahkan mungkin tidak ada satu teori pun yang mampu
menjelaskannya. “Viona..??” Findra menatap tajam ke arah wanita yang sedang
bersama Ryan, wanita itu melangkah mundur menjaga jarak menjauhi Findra, seakan
ada sesuatu yang dihindarinya, “tunggu??” Findra melepaskan cengkraman
tangannya dari kerah baju Ryan, melangkah mendekati Viona, “bukankah kau teman
akrab Dania? Bagaimana bisa? Bagaimana bisa kau menusuknya dari belakang..”
Viona seketika pucat pasi, sementara Ryan hanya diam disana, “dimana Dania???”
suara Findra setengah teriak, Ryan mengambil posisi di depan Viona, Viona berdiri
di balik punggung Ryan, wajahnya ketakutan melihat amarah Findra, tidak hanya
takut, namun terlihat ada kebingungan disana, entah kebingungan apa itu, Viona
yang menjalin kasih dengan kekasih sahabatnya sendiri, cerita cinta yang rumit,
semuanya begitu kompleks. “cepat katakan!!” pandangan Findra semakin menusuk, “tenang
Fin, jaga emosimu, tidak baik kasar kepada wanita” Ryan berusaha melindungi
Viona, “kami tidak menusuk Dania dari belakang, kami memang sepasang kekasih,
Dania tau itu, kami hanya membantunya, dia yang meminta pertolongan kepada
kami, awalnya kami menolak, namun dia terus memohon, dan kami menuruti
kemauannya.. maafkan kami Fin..” sambung Ryan. Penjelasan yang sungguh membuat
Findra tidak mengerti. Lagian meminta pertolongan apa Dania kepada mereka, jikalau
Dania sudah mengetahui hubungan Ryan dengan Viona, lalu selama ini bagaimana
bisa Dania juga berhubungan dengannya.
©©©©©
Findra mengikuti langkah kaki Ryan
dan Viona memasuki rumah Dania, kunci rumah itu ada di tangan Viona, Findra
semakin tidak mengerti atas semua keganjilan ini, “ada apa semua ini? Bagaimana
kunci rumah Dania ada padamu?” Viona tak menghiraukan pertanyaan Findra
berkali-kali, hingga mereka berada di lantai atas tepat di depan pintu kamar
Dania, “Fin.. masuklah ke kamar Dania.. “ ucap Viona parau, Findra menurut
perlahan membuka pintu yang dihiasi gantungan-gantungan dengan perpaduan putih
dan biru muda, putih adalah warna kesukaan Findra dan biru muda adalah warna
yang identik dengan Dania, entah dengan sengaja atau hanya kebetulan
Dania merancang perpaduan warna itu. Dalam hitungan detik pintu itu terbuka, dengan langkahnya yang penuh kehati-hatian Findra berada di kamar seorang wanita yang begitu dicintainya, Findra menoleh ke kanan dan ke kiri bagian kamar, betapa kagetnya ia, di kamar Dania penuh dengan lukisan wajah Findra, Dania memang berbakat di bidang melukis, Findra tau itu, sudut demi sudut kamar di penuhi dengan wajahnya, entah keganjilan apa ini, Dania yang selalu menyakitinya namun diam-diam selalu melukis wajah Findra, Findra masih saja terdiam disana, terus berfikir apa yang sesungguhnya, air matanya menetes tanpa disadari oleh Findra, “dia sangat mencintaimu Fin..” suara Viona terdengar dari belakang sana, “kau lah lelaki yang selama ini didambakannya, bahkan sebelum kalian berpacaran, dia telah lama menyukaimu, namun Tuhan berkata lain hingga ia melakukan semua itu..”, “apa maksudmu..?” suara Findra parau, air matanya kini terus saja mengalir tak hentinya, “awalnya dia sangat bahagia memilikimu, namun setelah melihat ketulusan darimu dia berubah fikiran agar kau tak merasakan luka hati yang mendalam..”, Viona meneguk ludahnya, “Dania dulu sering demam, namun ia selalu menyembunyikannya darimu, lama kelamaan demam itu terjadi semakin sering hingga berat badannya terus menurun, setelah diperiksa ke dokter ternyata Dania menderita limfoma non-hodgkin, kanker itu menyerang limfositnya, dan ia divonis tidak akan lama bertahan hidup, ia tak ingin melihat kau bersedih nantinya, Dania sudah memutuskan hubungan kalian, namun kau menolaknya, dia meminta bantuan padaku agar Ryan berpura-pura sebagai kekasihnya agar kau meninggalkan Dania dan membencinya.. namun entah bagaimana kau tetap saja bertahan, kami sudah menyarankan agar dia jujur saja, namun alasannya selalu sama, tidak ingin membuat kau menderita..” jantung Findra berdetak begitu kencang mendengar penjelasan dari Viona, tidak percaya dengan semua yang selama ini tidak diketahuinya, benarkah itu semua, benarkah Dania begitu mencintai Findra dibalik sikapnya selama ini, “lalu Dimana Dania sekarang?” sekujur tubuh Findra menjadi dingin kaku, ujung kakinya terasa berdiri di helai benang kecil, bukan berada di lantai keramik, dimana Dania? Pertanyaan yang kini terucap dari setiap bagian tubuhnya, bagian tubuh yang selalu memanggil-manggil Dania, kini mencari dimana keberadaan orang yang namanya biasa terucap spontan dari setiap pori-pori di tubuhnya.
Dania merancang perpaduan warna itu. Dalam hitungan detik pintu itu terbuka, dengan langkahnya yang penuh kehati-hatian Findra berada di kamar seorang wanita yang begitu dicintainya, Findra menoleh ke kanan dan ke kiri bagian kamar, betapa kagetnya ia, di kamar Dania penuh dengan lukisan wajah Findra, Dania memang berbakat di bidang melukis, Findra tau itu, sudut demi sudut kamar di penuhi dengan wajahnya, entah keganjilan apa ini, Dania yang selalu menyakitinya namun diam-diam selalu melukis wajah Findra, Findra masih saja terdiam disana, terus berfikir apa yang sesungguhnya, air matanya menetes tanpa disadari oleh Findra, “dia sangat mencintaimu Fin..” suara Viona terdengar dari belakang sana, “kau lah lelaki yang selama ini didambakannya, bahkan sebelum kalian berpacaran, dia telah lama menyukaimu, namun Tuhan berkata lain hingga ia melakukan semua itu..”, “apa maksudmu..?” suara Findra parau, air matanya kini terus saja mengalir tak hentinya, “awalnya dia sangat bahagia memilikimu, namun setelah melihat ketulusan darimu dia berubah fikiran agar kau tak merasakan luka hati yang mendalam..”, Viona meneguk ludahnya, “Dania dulu sering demam, namun ia selalu menyembunyikannya darimu, lama kelamaan demam itu terjadi semakin sering hingga berat badannya terus menurun, setelah diperiksa ke dokter ternyata Dania menderita limfoma non-hodgkin, kanker itu menyerang limfositnya, dan ia divonis tidak akan lama bertahan hidup, ia tak ingin melihat kau bersedih nantinya, Dania sudah memutuskan hubungan kalian, namun kau menolaknya, dia meminta bantuan padaku agar Ryan berpura-pura sebagai kekasihnya agar kau meninggalkan Dania dan membencinya.. namun entah bagaimana kau tetap saja bertahan, kami sudah menyarankan agar dia jujur saja, namun alasannya selalu sama, tidak ingin membuat kau menderita..” jantung Findra berdetak begitu kencang mendengar penjelasan dari Viona, tidak percaya dengan semua yang selama ini tidak diketahuinya, benarkah itu semua, benarkah Dania begitu mencintai Findra dibalik sikapnya selama ini, “lalu Dimana Dania sekarang?” sekujur tubuh Findra menjadi dingin kaku, ujung kakinya terasa berdiri di helai benang kecil, bukan berada di lantai keramik, dimana Dania? Pertanyaan yang kini terucap dari setiap bagian tubuhnya, bagian tubuh yang selalu memanggil-manggil Dania, kini mencari dimana keberadaan orang yang namanya biasa terucap spontan dari setiap pori-pori di tubuhnya.
©©©©©
“aku benar Dania, keyakinanku
tentangmu itu benar, hatimu tak seperti
sikapmu.. aku tau semua itu, aku merasakannya Dania, tetapi mengapa kau
menyiksa dirimu? Menyiksa untuk tidak berbahagia denganku.. tidak menghabiskan
waktumu dengan canda tawa kita, tetapi semuanya penuh dengan pertengkaran yang
sebenarnya tidak kita inginkan, pertengkaran yang hanya dibuat-buat demi sebuah
syarat konsekuensi yang kau buat sendiri.. kini aku disini, kau benar tak bisa menemuiku lagi, dan begitu juga aku
yang tak akan pernah melihat senyummu yang dulu, aku sangat mencintaimu Dania..
aku mencintai semuanya darimu, semua perlakuanmu, sejahat apapun itu, aku
mencintainya..”
Disana di depan sebuah nisan Findra berbicara
sendirian, namun baginya tidak, baginya ada Dania disana, mendengarkan semua
perkataannya, menangis bahagia setelah Findra mengetahui perasaan Dania yang
selama ini tak tersampaikan, hati Findra yang dulunya terasa memiliki rongga
kini terasa berisi dan hangat, cinta Dania lah yang memeluk hatinya, cinta
Dania yang sebenarnya begitu dalam untuknya, perasaan yang tak sampai semasa
hidupnya, kini telah membalut semua luka pada bathin Findra, namun Dania kini
sudah tak lagi bernyawa, berada di balik kulit bumi dengan penanda sebuah nisan
sebagai bukti keberadaannya.
Sebuah
nisan yang menjadi penghubung cinta Findra dan Dania di dua alam yang berbeda.
Meskipun
yang mencinta telah tiada, namun cinta itu akan selalu hidup.
Selalu
hidup kekal di hati Findra.
THE
END.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar